√ Sejarah Kerajaan Gowa Tallo, Raja, Kehidupan, Masa Kejayaan, Runtuhnya dan Peninggalannya

Posted on

Sejarah Kerajaan Gowa Tallo – Kerajaan Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang bercorak islam yang berada di wilayah Sulawesi Selatan. Pada tahun 1605, raja kerajaan Gowa bernama Daeng Manrabia dan raja Tallo bernama Karaeng Matoaya sudah menganut agama Islam. Selanjutnya, kedua kerajaan tersebut bersatu menjadi satu kerajaan dengan raja Daeng Manrabia yang menjadi raja kerajaan Gowa Tallo. Sedangkan, Karaeng Matoaya menjabat sebagai seorang perdana menteri. Raja Daeng Manrabia berganti nama menjadi Sultan Alauddin sedangkan Karaeng Matoaya berganti nama menjadi Sultan Abdullah.

Baca Juga : Sejarah Kerajaan Ternate

Sejarah Kerajaan Gowa Tallo

Pada abad ke-16, ada sejumlah kerajaan bergaya Hindu di Sulawesi Selatan diantaranya kerajaan Gowa, kerajaan Tallo, kerajaan Bone, kerajaan Sopeng, kerajaan Wajo dan kerajaan Sidenreng. Setiap kerajaan berkoalisi sesuai keinginan mereka.

Salah satunya, pada tahun 1528 kerajaan Gowa dan Tallo membuat koalisi dan membuat satu kerajaan bernama kerajaan Makasar. Sebenarnya, Makassar merupakan ibukota kerajaan Gowa dan kini dipakai untuk nama ibukota Sulawesi Selatan.

Setelah Dato’ Ribandang dan Dato’ Sulaiman menyebarkan agama islam di Sulawesi pada abad ke-16, kerajaan yang berada di Sulawesi yang kebanyakan bercorak Hindu mulai menganut agama islam.

Pada tahun 1605, raja kerajaan Gowa bernama Daeng Manrabia dan raja Tallo bernama Karaeng Matoaya sudah menganut agama Islam. Selanjutnya, kedua kerajaan tersebut bersatu menjadi satu kerajaan dengan Daeng Manrabia sebagai raja kerajaan Gowa Tallo dengan gelar Sultan Alauddin. Sedangkan, Karaeng Matoaya sebagai perdana menteri dengan gelar Sultan Abdullah.

Setelah menjadi pemeluk agama Islam, kedua penguasa tersebut dimusuhi oleh kongsi dagang milik Belanda di Hindia Belandayaitu VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), VOC ingin menguasai perdagangan di wilayah Gowa Tallo. Sampai Raja Sultan Alauddin mangkat pada tahun 1639, ia kerajaan enggan menerima kapal Belanda berlabuh di pelabuhan yang ada di Gowa Tallo.

Kemudian, tahta kerajaan dipegang oleh putra Sultan Alauddin yaitu  Sultan Muhamad Said. Ia juga sama dengan ayahnya, yang enggan berdamai dengan pihak Belanda karena ia perpendapat bahwa Belanda sangat licik dan sering memaksa.

Pada tahun 1653, S Sultan Hasanuddin menggantikan ayahnya yaitu Sultan Muhammad Said. Di masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, perselisihan antara kerajaan dan VOC semakin memanas.

Pada tahun 1660, terjadi pemberontakan dipimpin seorang bangsawan Bone yang bernama Aru Palaka. VOC semakin tidak menyukai Sultan Hasanuddin karena ia memberikan bantuan bagi pemberontakan tersebut. Kemudian, Sultan Hasanudin dipaksa untuk menandatangani perjanjian bongaya dan mengetujui monopoli VOC di lingkungan kerajaan. Berikut isi perjanjian Bongaya:

Baca Juga : Sejarah Kerajaan Malaka

  • Pemberian hak monopoli dagang di Makassar pada VOC.
  • Pendirian benteng Rotterdam milik Belanda di pusat kerajaan Makassar
  • Pelepasan Bone dan pulau di luar Makassar  yang berada dibawah kekuasaanya.
  • Pengakuan Aru Palaka sebagai Raja Bone.

Meski Sultan Hasanuddin kalah, tapi VOC menghargai keberaniannya sehingga Belanda memberikn julukan de Haan Van de Oosten atau Ayam Jantan dari Timur pada Sultan Hasanuddin.

Kemudian pemerintahan dipegang oleh putra Sultan Hasanuddin bernama Mappasomba yang saat itu masih berusia 13 tahun. Namun pihak belanda berhasil mengalahkan Mappasomba dalam peperangan, kemudian Belanda menghapus kerajaan Gowa Tallo.

Setelah itu, VOC monopoli perdagangan dan juga mengambil alih pemerintahan di Gowa dan Tallo.

Letak Kerajaan Gowa Tallo

Letak Kerajaan Gowa Tallo  atau Kerajaan Makassar berada di daerah Sulawesi Selatan yang secara geografis berada di dekat lalu lintas perdagangan Nusantara.

Banyak pedagang dari wilayah Indonesia bagian timur juga bagian barat yang singgah ke Makassar sehingga menyebabkan kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan mendominasi perdagangan Nusantara.

Selain sebagai jalur pelayaran yang menghubungkan Malaka dan Jawa ke Maluku, letaknya yang berada di muara sungai juga menjadi jalur perdagangan antar wilayah pedalaman. Keamanan pelabuhan di kerajaan makassar terjamin karena di hadapan pelabuhan ada gugusan pulau kecil yang dapat meredam gelombang dan angin.

Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, para saudagar berburu pelabuhan yang menjualbelikan rempah dan saat itu pelabuhan perdagangan di Jawa kurang diperhatikan maka semua beralih ke Makassar. Keahlian rakyat Makassar di bidang pelayaran dan produksi kapal besar jenis Phinisi dan Lambo.

Baca Juga : Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Silsilah Raja Kerajaan Gowa Tallo

Beberapa raja yang pernah memerintah kerajaan makassar, diantaranya yaitu:

Sultan Alaudin (1591-1629)

Karaeng Matowaya Tumamenaga Ri Agamanna yang bergelar Sultan Alaudin adalah  raja Gowa Tallo pertama yang masuk islam. Dibawah pemerintahannya Kerajaan mulai berkembang di bidang pelayaran juga perdagangan.

Sultan Muhammad Said (1639-1653)

Dibawah pemerintahan  Sultan Muhammad Said, Kerajaan Gowa Tallo mengalami perkembangan yang pesat. Ia pernah mengutus pasukan untik membantu rakyat Maluku dalam perang melawan Belanda.

Sultan Hasanudin (1653-1669)

Puncak kejayaan kerajaan Makassar terjadi pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin. Daerah kekuasaan Makassar meliputi sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan dan wilayah Nusa Tenggara yakni Sumbawa dan sebagian Flores. Atas keberanian dan semangat juang yang dimilikinya, Sultan Hasanudin dijuluki sebagai Ayam Jantan dari Timur.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Gowa Tallo

Kerajaan Makassar adalah kerajaan bahari yang berkembang menjadi pusat perdagangan di wilayah Indonesia Timur. Faktor yang mempengaruhinya adalah  letaknya  yang strategis, adanya pelabuhan yang mumpuni dan dikuasainya Malaka ole Portugis pada tahun 1511.

Makassar sebagai pusat perdagangan, berkembang menjadi pelabuhan internasional yang banyak dikunjungi para saudagar asing dari berbagai bangsa diantaranya Portugis, Inggris, Denmark dan lainnya.

Di Makasar terdapat hukum niaga “ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE” yang mengatur segala urusan pelayaran dan perdagangan di Makassar menjadi teratur dan berkembang pesat. Selain perdagangan, Makassar  mengembangkan sektor pertanian di bagian Timur Sulawesi Selatan. yang memiliki tanah subur.

Baca Juga : Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Kehidupan Politik Kerajaan Gowa Tallo

Sekitar abad ke-17, Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan. Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Dato’ Ri Bandang yang berasal dari Sumatera.

Raja Makassar yang pertama masuk Islam ialah Karaeng Ma’towaya Tumamenanga Ri Agamanna dengan gelar Sultan Alaudin, selain itu perdana menterinya yaitu Daeng Manrabia  dengan gelar Sultan Abdullah. Sejak Sultan Alaudin memerintah, kerajaan  berkembang menjadi kerajaan bahari dan pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Said, kerajaan mengalami perkembangan yang pesat.

Pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin, kerajaan Makassar mengalami masa kejayaan. Dimana saat pemerintahannya terjadi perluasan wilayah kekuasaan  meliputi daerah yang subur juga daerah yang dapat menyokong kepentingan perdagangan Makassar. Daerah yang dapat dikuasai diantaranya Ruwu, Wajo, Soppeng juga Bone bahkan hingga ke NTB.

Luasnya daerah kekuasaan yang dimiliki Makassar bisa menguasai semua lalu lintas perdagangan di Indonesia bagian Timur. Sultan Hasannudin dikenal sangat anti kekuasaan asing. Untuk itu, kehadiran dan monopoli yang dilakukan VOC yang sudah berkuasa di Ambon sangat  ditentang olehnya.

Kerajaan Makassar menghalangi hubungan Batavia dan Ambon. Dengan Hal tersebut menyebabkan pertikaian antara Sultan Hasannudin dan VOC hingga peperangan pecah di Maluku.

Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Gowa Tallo

Kerajaan Makassar adalah kerajaan maritim dimana sebagian besar rakyatnya bermata pencaharian sebagai nelayan dan pedagang. Rakyat disana sangat giat berusaha guna meningkatkan taraf hidup mereka, bahkan tak jarang yang merantau.

Baca Juga : Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Meski bebas menyejahterakan kehidupannya, kehidupan rakyat Makassar  sangat terikat dengan norma adat yang dianggap sakral. Norma tersebut diatur bersumber pada adat dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG.

Selain norma, rakyat Makassar juga memahami pelapisan sosial seperti lapisan atas yakni golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”,sedangkan rakyat umumnya disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yakni golongan hamba sahaya yang disebut  “Ata”.

Rakyat Makassar banyak membuat benda budaya yang berhubungan dengan pelayaran, mereka dikenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat rakyat Makassar disebut dengan kapal Pinisi dan kapal Lombo yang menjadi  kebanggaan Makassar dan terkenal sampai ke luar negeri.

Masa Kejayaan Kerajaan Gowa Tallo

Kejayaan kerajaan makassar terjadi dibawah pimpinan Sultan Hasannudin  yang memerintah tahun 1653-1669. Pada pemerintahan Hasanuddin, terjadi perluasan kekuasaan meliputi Ruwu, Wajo, Soppeng, Bone bahkan NTB.

Luasnya daerah kekuasaan yang dimiliki Makassar bisa menguasai semua lalu lintas perdagangan di Indonesia bagian Timur. Sultan Hasannudin dikenal sangat anti kekuasaan asing. Untuk itu, kehadiran dan monopoli yang dilakukan VOC yang sudah berkuasa di Ambon sangat  ditentang olehnya.

Kerajaan Makassar menghalangi hubungan Batavia dan Ambon. Dengan Hal tersebut menyebabkan pertikaian antara Sultan Hasannudin dan VOC hingga peperangan pecah di Maluku.

Pasukan Makassar dipimpin langsung oleh Sultan Hasanuddin berperang di Maluku melawan pasukan Belanda. Sehingga, posisi Belanda makin terdesak. Karena keberaniannya, Sultan Hasanuddin mendapatkan julukan sebagai Ayam Jantan dari Timur oleh pihak Belanda.

Baca Juga : Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Runtuhnya Kerajaan Gowa Tallo

Pasukan Makassar dipimpin langsung oleh Sultan Hasanuddin berperang di Maluku melawan pasukan Belanda. Sehingga, posisi Belanda makin terdesak. Karena keberaniannya, Sultan Hasanuddin mendapatkan julukan sebagai Ayam Jantan dari Timur oleh pihak Belanda.

Untuk mengakhiri perang, Belanda melakukan politik adu domba antara kerajaan Makassar dengan kerajaan Bone. Raja Bone yang bernama Aru Palaka merasa terjajah oleh Makassar sehingga ia bersekutu dengan VOC untuk melepaskan diri dari Makassar dan menghancurkannya.

Akhirnya, persekutuan tersebut membuat Belanda mengambilalih pusat pemerintahan kerajaan Makassar. Kemudian, Kerajaan Makassar dengan terpaksa mengaku kalah dan pada tahun 1667, kerajaan makassar menandatangai perjanjian Bongaya yang isinya sangat merugikan pihak Makassar.

Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo

Berikut ini beberapa bukti sejarah kekuasaan kerajaan makassar, diantaranya yaitu:

Benteng Ujung Pandang (Fort Rotterdam)

Fort Rotterdam adalah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo yang terletak di bibir pantai sebelah barat Makassar. Pendirian Benteng yang disebut juga dengan Benteng Ujung Pandang ini terjadi pada tahun 1545 oleh I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa’risi’ kallonna, yang merupakan Raja Gowa kesembilan.

Mulanya kontruksi benteng berbahan dasar tanah liat, kemudian Raja Gowa ke-14 yaitu Sultan Alauddin mengganti konstruksi benteng dengan batu padas dari Pegunungan Karst di Maros.

Bentuk benteng ini mirip seekor penyu yang akan turun ke  lautan. Dari bentuknya, filosofi kerajaa sangatlah jelas bahwa penyu dapat hidup di darat juga laut, sama juga dengan Kerajaan Gowa yang akan berjaya di daratan juga lautan.

Masjid Katangka

Masjid Katangka adalah masjid peninggalan kerajaan makassar. Pemberian nama masjid tersebut berasal dari bahan dasar pembuatan masjid yaitu pohon katangka. Nama lain masjid katangka adalah Masjid al-Hilal.

Letak masjid ini berada di Kompleks Makam Sultan Hasanuddin bagian utara yang dipercaya sebagai lokasi Istana Tamalate yakni istana raja Gowa berada saat itu.

Baca Juga : Peninggalan Kerajaan Kalingga

Masjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M dan dipercaya sebagai masjid tertua di Sulawesi Selatan.

Sejak pertama kali berdiri hingga kini, masjid katangka sudah beberapa kali dipugar. Pemugaran tersebut dilakukan pada tahun1818 oleh Sultan Mahmud; kemudian tahun 1921 oleh Kadi Ibrahim ; tahun 1948) oleh Haji Mansur Daeng Limpo yaitu Kadi Gowa lalu tahun 1962 oleh Andi Baso, yaitu Pabbicarabutta Gowa. Sehingga bagian asli bangunan masjid ini  sangat sulit diidentifikasi.

Ballak Lompoa Ri Gowa

Ballak Lompoa ri Gowa adalah tempat tinggal juga pusat pemerintahan kerajaan Gowa yang sebelumnya dilakukan di kantor kontrolir onderafdeling yang berada lapangan bungaya, lebih tepatnya di bekas kantor Bupati Kepala Daerah Tingkat II. Bangunan Ballak Lompoa dibangun pada tahun 1936 setelah dikukuhkannya Raja Gowa ke-35, yaitu I Mangngi-mangngi Daeng Matutu, Karaeng Bontonompo yang diberi gelar Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin.

Kompleks Makam Raja-Raja Gowa Tallo

Kompleks pemakaman kuno raja kerajaan gowa tallo digunakan sejak abad ke-17 hingga abad ke-19 Masehi.  Komplek makam raja ini berada di pinggir barat muara sungai Tallo atau pada bagian timur laut benteng Tallo, tepatnya di RK 4 Lingkungan Tallo, Kec. Tallo, Kotamadya Ujungpandang

Bersumber pada hasil galian Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala yang dilakukan pada 1976-1982, terungkap fakta bahwa makam memiliki struktur tumpang tindih dimana beberapa makam berada diatas pondasi bangunan dan terkadang terdapat fondasi diatas bangunan makam.

Benteng Somba Opu

Benteng Somba Opu merupakan benteng peninggalan kerajaan makassar yang terletak di muara Sungai Jene’ berang yang secara administratif, berawa di wilayah  Maccini Sombala, Kampung Sanrobone, Desa Bontoala, Kec. Pallangga, Kab. Gowa.

Benteng ini berbentuk persegi empat dengan panjang salah satu sisi  sekitar  2 km. Benteng ini memiliki tembok setinggi 7-8 meter dengan ketebalan dinding berkisar 12 kaki atau 300 cm. Selain itu, benteng ini memiliki bastion sebanyak 4 buah namun hanya 1 buah yang tersisa saat SPSP Ujungpandang melakukan rekonstruksi.

Pada bagian sisi barat, bangunan yang masih ada dalam keadaan baik  dan denah asli benteng bisa dilihat. Rekonstruksi benteng bagian barat dapat diketahui bahwa kontruksi benteng terbuat dari batu bata berbagai ukuran juga sedikit batu pasir, terutama pintu bagian dalam.

Baca Juga : Peninggalan Kerajaan Kediri

Demikian artikel pembahasan tentang sejarah kerajaan gowa tallo, semoga bermanfaat