Organisasi Bentukan Jepang Di Indonesia – Pada awalnya militer Jepang mendapat sambutan yang hangat dari masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari sikap tokoh-tokoh nasionalisme seperti Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang bersedia melakukan kerja sama dengan pihak Jepang, padahal sebelumnya pada masa pemerintahan kolonial Belanda mereka bersikap nonkooperatif.
Baca Juga : Latar Belakang Perang Dunia 1
Untuk mendekati rakyat Indonesia, Jepang membentuk beberapa organisasi di Indonesia lapisan pribumi dan pemuda Indonesia yang memiliki tubuh sehat dan kuat diberi pendidikan militer. Tapi sebenarnya, tujuan jepang mem adalah untuk kepentingan Jepang semata untuk menghadapi perang dunia II dan memenangkan perang Asia-Pasifik melawan Sekutu.
Organisasi Bentukan Jepang Di Indonesia
Berikut beberapa macam jenis organisasi bentukan Jepang di Indonesia, diantaranya yaitu:
Pembela Tanah Air (PETA)
Pembela Tanah Air (PETA) merupakan satuan militer bentukan Jepang di Indonesia. PETA didirikan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia yakni 3 Oktober 1943 didasarkan pada maklumat Osamu Seirei No 44 yang dinyatakan oleh Letnan Jendral Kumakichi Harada yang merupakan Panglima Tentara Ke-16. Pusat pelatihan pasukan Peta berada di lingkungan militer Bogor dengan nama Jawa Bo-ei Giyûgun Kanbu Resentai.
Para tentara PETA memiliki peran penting dalam perang kemerdekaan Indonesia. Tokoh nasional yang pernah tergabung dalam PETA diantaranya presiden Soeharto dan Jendral Soedirman. Para veteran PETA telah menjadi penentu perkembangan dan kemajuan militer Indonesia, diantaranya berperan dalam pembentukan BKR (Badan Keamanan Rakyat), TKR (Tentara Keamanan Rakyat), Tentara Keselamatan Rakyat, TRI (Tentara Republik Indonesia) hingga terakhir TNI (Tentara Nasional Indonesia). Sehingga banyak yang beranggapan bahwa PETA adalah salah satu asal muasal kemunculan TNI.
Gakukotai (Laskar Pelajar)
Mendekati kekalahan Jepang yang menyerah tanpa syarat saat Perang Dunia II terjadi, Jepang memberi pelatihan militer pada rakyat Indonesia sebagai upaya penguatan keberadaan mereka di Indonesia. Para pemuda, pelajar dan mahasiswa juga diberikan pelatihan dan pasukan tersebut diberi nama GAKUKOTAI.
Heiho (Barisan Cadangan Prajurit)
Heiho atau barisan prajurit cadangan merupakan pasukan militer bentukan jepang yang anggotanya terdiri atas rakyat Indonesia yang dibentuk pada masa Perang Dunia II. Pembentukan pasukan Heiho dibentuk pada 2 September 1942 didasarkan pada instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang dan mulai menghimpun anggota pada tanggal 22 April 1943.
Mulanya, tujuan pembentukan Heiho adalah untuk membantu pekerjaan kasar militer seperti membangun benteng dan parit pertahanan, mengawasi tawanan dan sebagainya. Karena pertempuran yang terjadi semakin memanas, akhirnya Heiho dilatih dan diberi senjata untuk turut serta maju ke medan perang, bahkan sampai daerah Morotai dan Burma.
Baca Juga : Kedatangan Bangsa Barat ke Indonesia
Mendekati akhir kekuasaan Jepang di Indonesia, jumlah pasukan Heiho diduga sudah sampai 42.000 orang dan sebagian besar anggotanya berpusat di pulau Jawa. Setelah Jepang tunduk pada Belanda, Heiho dibubarkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan separuh anggotanya dpindahkan ke Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Seinendan (Barisan Pemuda)
Pembentukan Seinenda atau barisan pemuda secara resmi diumumkan pada 24 April 1943. Anggota Seinendan direkrut dari berbagai tempat dari desa hingga sekolah yang diberi pendidikan militer dan pada Oktober 1944 Josyi Seinendan atau Seinendan Putri dibentuk.
Guna menyukseskan organisasi ini, Jepang mendirikan Seinen Kunrensyo atau Lembaga Latihan Pemuda sebagai wadah untuk mencetak para kader pemimpin bagi Seinendan, mereka diberi pelatihan militer tapi pasukan ini hanya dijadikan sebagai pasukan cadangan dalam perang.
Fujinkai (Barisan Wanita)
Tidak hanya kaum laki-laki yang dikerahkan sebagai tenaga perang, ini juga berlaku bagi kaum wanita di Indonesia. Pembentukan Fujinkai terjadi pada Agustus 1943 dengan anggotanya wanita Indonesia berumur 15 tahun ke atas. Tujuan pembentukan Fujinkai adalah untuk menolong Jepang memerangi pihak sekutu.
Putera (Pusat Tenaga Rakyat)
Pusat Tenaga Rakyat merupakan organisasi bentukan Jepang di Indonesia yang diirikan pada 16 April 1943 dengan pemimpinnya adalah Empat Serangkai yang terdiri dari Ir Soekarno, Moh Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH Mas Mansyur. Putera bertujuan untuk mempengaruhi para kaum Nasionalis dan intelektual untuk mendedikasikan pikiran dan tenaganya bagi kepentingan jepang untuk memerangi sekutu dan dengan adanya pemimpin orang Indonesia diharapkan rakyat akan memberikan dukungan penuh bagi organisasi. Dengan waktu singkat, Putera berkembang sampai daerah dan anggotanya terdiri dari himpunan organisasi profesi diantaranya Persatuan Guru Indonesia; Badan Perantara Pelajar Indonesia; Perkumpulan Istri Indonesia, Barisan Banteng; Ikatan Sport Indonesia serta Perkumpulan Pegawai Pos, Radio dan Telegraf.
Jepang menyerukan propaganda Tiga A dengan tujuan agar mendapatkan dukungan dari rakyat Indonesia tapi nyatanya tidak memberi hasil memuaskan, justru rakyat merasa pihak Jepang biadab seperti kerja paksa romusha.
Baca Juga : Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Karena itu, pihak Jepang berusaha mendapatkan dukungan dari para petinggi rakyat Indonesia dengan cara melepaskan para tokoh pergerakan nasional seperti Soekarno, Hatta dan Syahrir juga mendekati mereka melalui kerjasama. Para pemimpin bangsa Indonesia merasa bahwa dengan bersikap kooperatif menjadi satu-satunya cara menghadapi kekejaman militer Jepang dan secara tidak langsung mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Didasarkan pada pertimbangan tersebut, keduanya setuju untuk melakukan kerjasama daripada melawan. Hal ini mendapat dukungan dari propaganda Jepang untuk tidak membantut kemerdekan Indonesia. Setelah mencapai kta sepakat keduanya membentuk organisasi Pusat Tenaga Rakyat atau disingkat PUTERA.
Sebagai organisasi resmi bentukan pemerintah, penyebaran pembentukan Putera dilakukan lewat surat kabar dan radio sehingga terdengar hingga pedesaan, tapi tidak memperoleh bantuan dana operasional. Meski kegiatannya terbatas, para pemimpinnya menggunakan media massa untuk menjejaki dan memonitor dunia luar juga berhubungan dengan rakyat.
Jepang merasa organisasi ini tidak menguntungkan sehingga kemudian Putera dibubarkan setelah setahun berjalan dan digantikan oleh organisasi Jawa Hokokai.
Jawa Hokokai
Jawa Hokokai merupakan organisasi bentukan Jepang sebagai pengganti putera. Himpunan Kebaktian Rakjat Djawa ini dibentuk pada 1 Maret 1944 dengan Gunseikan sebagai pemimpin tertinggi dan Soekarno sebagai penasihat utama.
Tujuan pembentukan Jawa Hokokai ini adalah sebagai organisasi pusat dari berbagai hokokai, seperti Izi Hokokai, Kyoiku Hokokai, Fujinkai dan Keimin Bunko Syidosyo. Himpunan Jawa Hokokai berfungsi sebagai mobilisasi keperluan perang.
Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
Pembentukan Keibodan atau Barisan Pembantu Polisi dilakukan pada 29 April 1943 dengan tujuan untuk membantu polisi Jepang di Indonesia. Pembina Keibodan disebut Keimumbu. Di Sumatera, Keibodan disebut dengan Bogodan, sedangkan di Kalimantan disebut dengan Sameo Konen Hokokudan. Di lapisan penduduk Cina juga terbentuk organisasi sejenis dengan nama Kayo Keibotai.
Gerakan Tiga A
Tiga A adalah propaganda Kekaisaran Jepang pada masa Perang Dunia II yaitu:
- Nippon Pemimpin Asia
- Nippon Pelindung Asia
- Nippon Cahaya Asia
Gerakan Tiga A didirikan pada tanggal 29 Maret 1942. Pelopor gerakan Tiga A ialah Shimizu Hitoshi.
Baca Juga : Sejarah Perang Aceh
Pemimpin gerakan Tiga A Indonesia adalah bekas tokoh Parindra Mr. Syamsuddin yang merupakan bekas tokoh Parindra. Tujuan propaganda ini ialah memperoleh simpati rakyat dan tokoh masyarakat Indonesia. Akan tetapi, propaganda ini gagal.
Kempetai (Barisan Polisi Rahasia)
Kempetai adalah kesatuan polisi rahasia Jepang yang dilokasikan di seluruh Jepang termasuk wilayah jajahannya dengan tugas sebagai polisi rahasia militer yang sangat terkenal dengan kedisiplinan dan kekejaman mereka.
Masyumi
Mayoritas penduduk Indonesia beragama islam, karena hal tersebut Jepang merasa wajib menarik hati golongan ini. Pada tahun 1943, Majelis Islam A’la Indonesia dibubarkan dan Jepang membentuk Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dengan pimpinan K.H. Hasyim Ashari dan K.H. Mas Mansyur.
Barisan Pelopor (Syuisyintai)
Syuisyintai atau Barisan Pelopor merupakan anggota Jawa Hokokai, Syuisyintai diketuai oleh Ir. Soekarno dan Sudiro sebagai pimpinan harian. Berikut beberapa tokoh pengurus Syuisyintai antara lain Chaerul Saleh, Asmara Hadi, Sukardjo Wiryopranoto, Otto Iskandardinata dan lainnya. Para nasionalis memanfaatkan organisasi ini untuk penampung suara nasionalisme dan menguatkan pertahanan pemuda melalui orasinya.
Baca Juga : Sejarah G30S/PKI
Demikian artikel pembahasan tentang organisasi bentukan Jepang di Indonesia, semoga bermanfaat