√ Rumah Adat Aceh : Sejarah, Bentuk, Bagian, Ciri dan Tahapan Membangun

Posted on

Rumah Adat Aceh – Aceh adalah provinsi yang teretak di ujung utara pulau Sumatera. Provinsi yang pernah bernama D.I Aceh dan Nanggroe Aceh Darussalam ini terkenal dengan syariat islamnya.

Baca Juga : Pakaian Adat Aceh

Aceh memang kental dengan budaya Islam karena Aceh pernah menjadi salah satu pintu masuk penyebaran agama islam di Indonesia. Oleh sebab itu, budaya Aceh sering tercipta dari campur baur antara budaya Melayu budaya Islam. Salah satu bukti akulturasi kedua budaya tersebut adalah rumah adat Aceh atau Rumoh Aceh “Rumah Krong Bade”.

Sejarah Rumah Adat Aceh

Saat ini rumah Aceh sudah semakin langka, tapi rumah adat aceh ini bisa ditemukan di kompleks Museum Aceh di Kota banda Aceh dan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta serta Rumah Cut Nyak Dhien yang ada di Desa Lampisang yang berjarak 10 km dari pusat Kota Banda Aceh.

Apabila mengunjungi rumah Aceh yang berada di komplek Museum Aceh maka bisa dijumpai pula barang-barang yang sering digunakan oleh orang Aceh zaman dulu diantaranya pedeung on jok, jingki, guci, Berandam atau Tempat menyimpan padi dan lain sebagainya. Ciri khas rumah adat Aceh terdiri dari 44 tiang dan memiliki 2 tangga depan dan belakang.

Bentuk Rumah Adat Aceh

Secara umum, rumah adat Aceh berupa rumah panggung dengan tinggi tiang antara 2,50-3 meter. Bentuk rumah Aceh juga seragam yaitu persegi empat yang memanjang dari timur ke barat. Konon, bentuk memanjang dipilih untuk memudahkan penentuan arah kiblat shalat.

Biasanya rumah adat Aceh terbuat dari kayu dan beratap daun rumbia. Bagian dalam rumoh Aceh mempunyai tiga atau lima ruangan dengan satu ruang utama yang disebut Rambat. Rumah dengan tiga ruang biasanya memiliki 16 tiang sedangkan rumah dengan lima ruang memiliki 24 tiang.

Tinggi pintu utama Rumoh Aceh selalu dibuat lebih rendah dari orang dewasa, biasanya ketinggian pintu hanya 120-150 cm saja. Sehingga setiap orang yang masuk ke Rumoh Aceh harus menunduk.

Meski memiliki pintu yang pendek tapi bagian dalamnya luas saat masuk. Tidak ada perabot seperti kursi sofa dan meja. Tamu biasanya duduk diatas tikar yang disediakan pemilik rumah.

Rumah Aceh milik orang yang berkecukupan maka rumah tersebut akan memiliki ukiran dan ornament yang rumit. Sedangkan pada rakyat biasa, rumah aceh cukup dibuat rumah panggung tanpa ukiran dan ornament apapun. Rumah adat Aceh juga tahan gempa dan banjir.

Bagian-Bagian Rumah Adat Aceh

Rumoh Aceh di setiap kabupaten atau kota memiliki detail yang berbeda, tapi secara umum memiliki komponen utama yang sama. Berikut ini komponen atau bagian rumah Aceh terdiri dari:

Baca Juga : 34 Nama Provinsi di Indonesia dan Ibukotanya

Seuramoe ukeu (Serambi Depan)

Seuramoe-ukeu adalah ruangan yang berfungsi untuk menerima tamu laki-laki, selain itu juga sebagai tempat tidur dan tempat makan tamu laki-laki. Letak ruangan ini berada di bagian depan rumah.

Seuramoe likoot (Serambi Belakang)

Seuramoe-likoot adalah ruangan yang berfungsi untuk menerima tamu perempuan, sekaligus sebagai tempat tidur dan ruang makan tamu perempuan. Letak ruangan ini berada di bagian belakang rumah.

Rumah Inong (Rumah Induk)

Letak ruangan ini berada diantara serambi depan dan serambi belakang. Posisi ruangan ini juga biduat lebih tinggi dan terbagi menjadi dua kamar, keduanya dipisahkan oleh gang yang menghubungkan serambi depan dan serambi belakang.

Rumoh Dapu (Dapur)

Letak dapur berada di dekat atau tersambung dengan serambi belakang. Lantai dapur posisinya sedikit lebih rendah dibanding lantai serambi belakang.

Seulasa (Teras)

Seulasa atau teras rumah berada di bagian paling depan rumah. Letaknya menempel dengan serambi depan. Letak teras ini memang sudah ditentukan sejak jaman dulu dan tidak berubah sampai sekarang.

Kroong-padee (Lumbung Padi)

Mayoritas masyarakat Aceh bekerja sebagai petani. Sehingga, Masyarakat Aceh menyediakan lumbung padi yang berada terpisah dari bangunan utama. Meski terpisah, lumbung padi ini letaknya masih berada di pekarangan rumah. Letaknya juga bisa di belakang, di samping, atau bahkan di depan rumah.

Keupaleh (Gerbang)

Biasanya gerbang tidak terlalu umum dijumpai di rumah adat Aceh. Biasanya gerbang dimiliki oleh kalangan orang berada atau tokoh masyarakat. Gerbang biasanya terbuat dari kayu dan dipayungi bilik di atasnya.

Tamee (Tiang)

Tiang adalah komponen paling utama yang wajib dimiliki oleh rumah adat Aceh. Kekuatan dari tiang inilah yang menjadi tumpuan utama rumah adat ini. Tiang ini berbentuk bulat dengan diameter 20-35 cm dan setinggi 150-170 cm.

Jumlah tiang bisa berupa 16, 20, 24, atau 28 batang. Adanya tiang-tiang ini berfungsi untuk memudahkan proses pemindahan rumah tanpa harus susah payah membongkarnya.

Baca Juga : Negara Asia Tenggara (ASEAN)

Ciri Khas Rumah Adat Aceh

Berikut ini ciri atau karakteristik rumah adat Aceh atau Rumoh Aceh, diantaranya yaitu:

  • Memiliki gentong air di bagian depan untuk tempat membersihkan kaki mereka yang akan masuk rumah. Hal ini memiliki filosofi bahwa setiap tamu yang datang harus memiliki niat baik.
  • Strukturnya rumah panggung berfungsi sebagai perlindungan anggota keluarga dari serangan binatang buas.
  • Memiliki tangga yang anak tangganya berjumlah ganjil, ini merupakan simbol tentang sifat religius dari masyarakat suku Aceh.
  • Memiliki banyak ukiran dan lukisan di dinding rumah; ini menandakan masyarakat Aceh adalah masyarakat yang sangat mencintai keindahan.
  • Berbentuk persegi panjang dan membujur dari arah barat ke timur; ini menandakan masyarakat Aceh adalah masyarakat yang religius.

Tahapan Membangun Rumah Adat Aceh

Walaupun terbuat dari kayu, Rumoh Aceh bisa bertahan hingga ratusan tahun. Berikut ini tahapan pembuatan rumoh Aceh, diantaranya yaitu:

Musyawarah

Sebelum membuat rumah biasanya diadakan musyawarah keluarga, setelah ada kesepakatan, hasil perencanaannya disampaikan ke Teungku (ulama). Tujuan memberitahu teungku adalah untuk mendapatkan saran agar rumah menjadi lebih tenang dan tentram.

Selain itu, ada musyawarah tentang persyaratan yang harus dilakukan berupa pemilihan hari baik yang ditentukan oleh Teungku, pengadaan kayu pilihan, kenduri (pesta) dan sebagainya.

Pengadaan Bahan

Setelah mencapai mufakat , selanjutnya dilakukan pengadaan bahan. Bahan- bahan yang diperlukan untuk membuat rumoh Aceh diantaranya kayu, trieng (bambu), daun rumbia, dan lain-lain.

Penyediaan bahan ini dilakukan gotong royong oleh masyarakat setempat. Biasanya kayu yang dipilih adalah kayu yang tidak dililiti akar dan tidak menyangkut kayu lain saat jatuh ditebang.

Pengolahan Bahan

Kemudian kayu-kayu tersebut dikumpulkan di suatu tempat yang teduh dan tidak terkena hujan. Jika waktu pembangunan masih lama, kayunya akan direndam dalam air terlebih dahulu. Tujuannya agar kayu tersebut tidak dimakan serangga. Setelah itu, kayu dibentuk sesuai kebutuhan rumah.

Baca Juga : Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia

Pendirian Rumah

Setelah semuanya siap, maka mulai proses pembangunan rumah Aceh. Pembangunan awal Rumah Adat Aceh ditandai dengan pembuatan landasan untuk memancangkan kayu.

Kayu yang pertama kali dipancangkan adalah tiang utama (tiang raja) lalu diikuti oleh tiang-tiang lainnya. Setelah semua tiang terpasang, dilanjutkan dengan pembuatan bagian tengah rumah.

Bagian tengah rumah meliputi lantai rumah dan dinding rumah. Selanjutnya, pembuatan bagian atas yang diakhiri dengan pemasangan atap rumah. Bagian terakhir dari pembangunan Rumah Aceh adalah pemasangan ornament pendukung seperti ukiran hias dan sebagainya.

Itulah artikel pembahasan tentang rumah adat aceh. Semoga bermanfaat